Beberapa waktu lalu saya mendapat tiga kabar duka sekaligus.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun. Yang pertama datang dari ayah adik kelas
saya. Lalu adik teman sekolah saya. Dan terakhir, adik dari kakak tingkat saya.
Dua di antaranya pergi lantaran sakit. Satu karena kecelakaan. Teman saya dan
ibunya sempat kritis dan tak sadarkan diri selama beberapa hari.
Sorenya, saya menemukan salah satu pihak yang berduka sedang
on di seberang sana. Saya yang belum mengucapkan bela sungkawa memutuskan
menyapa. Tidak banyak yang bisa diketik jemari dalam ruang chat itu. Hanya
helai demi helai hela napas panjang yang mampu saya hasilkan. Membaca
lamat-lamat kronologi dari sebuah akhir perjalanan duniawi. Menatap lewat
layar, memandangi kedip kursor dengan nanar. Saya juga punya adik dan tidak
bisa membayangkan betapa pedihnya kehilangan si kecil (walau sekarang sudah
tidak kecil) menghirup udara terakhirnya tepat di depan mata..
Setelah menjawab barang satu dua pertanyaan, kakak tingkat
saya yang terkenal tegar itu mengungkapkan keresahannya, “Stok hari untuk tinggal di dunia kian tipis, sudahkah kita bermanfaat?”
Dan kakak yang katanya koleris itu tiba-tiba jadi melankolis, hehe..
Tidak sedikit orang yang mengeluhkan betapa tidak sukanya
mereka dimanfaatkan. Padahal, bukankah sebaik-baik insan adalah yang bermanfaat
bagi sesamanya? Bagi sekitarnya? Hidup ini terlalu luas untuk kita nikmati
sendiri. Maka berbagi adalah (salah satu) jalan. Bukan begitu?
Saya teringat mention seorang karib di twitter. Ia meng-upload
sebuah sampul buku antologi puisi dan mengatakan bahwa saya menularinya rasa
suka terhadap sastra. Yah, walaupun sastra tidak sebatas pada puisi, tapi puisi
tetaplah buah dari sastra. Aduh, takut salah, cukup deh bahas-bahas sastra
(-“-)v
emang grgr dia nih @NilammSari jd suka sastra.. siap2 berburuuuuu.. ! pic.twitter.com/TCik8wCK8E
— Chinta Permatasari S (@chintapermata67) 10 Agustus 2014
Satu lagi. Entah hanya perasaan saya atau memang begitu adanya,
saya merasa telah menularkan rasa suka saya terhadap hujan kepada beberapa
orang di sekitar. Awalnya mereka hanya bertanya latar belakang suka. Tapi
kelamaan, hampir setiap hujan turun mereka rajin sekali menginfokan kepada
saya, hahaha. Lalu seringkali membawa serta hujan dalam status media sosialnya
:P
Saya sempat bertanya-tanya, kenapa yang saya tularkan bukan
hal-hal keren seperti rajin tilawah, hobi sedekah, penghargaan besar terhadap
waktu, dan lain sebagainya. Tapi yaa saya sih, sadar diri. Saya masih
bermasalah dalam melakukan hal-hal tersebut. Masih dalam proses, masih belajar.
Lalu pertanyaan saya selanjutnya, apakah yang saya tularkan itu membawa manfaat
bagi mereka? Saya tidak tahu dan enggan menghakimi. I absolutely hope that the
answer is, absolutely yes. And I
really pray for it. I swear (-“-)v
Seperti halnya latar belakang tulisan ini di samping
curhat. Adalah keinginan berbagi. Siapa yang menjamin lusa kita masih di
sini? Siapa yang menjamin sempat-tidaknya kita menatap wajah ayah atau ibu kita
esok hari? Bahkan malam nanti, siapa yang jamin saat kita menunda barang satu
atau dua jam sembahyang kita, kewajiban itu masih bisa kita penuhi? Selain
uang, waktu juga mewujud pedang, kawan. Jangan biarkan kita lalai terbuai..
Sekarang mari tengok halaman media sosial kita. Apa saja
sih, yang kita sebar di sana? Baca lagi apa yang kita bagi terakhir kali.
Bayangkan jika itu adalah sebuah keluhan. Bayangkan jika itu berisi sebuah
kegalauan, atau bahkan makian (?) Maukah peninggalan terakhir kita berwujud
seperti itu? Indahkah esensinya? Banggakah rasanya?
Tidak sama sekali bermaksud menghakimi. Saya sendiri pun
masih saaangat jauh dari sempurna. Tapi saling mengingatkan dalam kebaikan juga
merupakan kewajiban, bukan? Maka dengan ini saya harap ada sedikit manfaat yang
kawan dapat. Kalau saya salah, ingatkan yaa :’D Dan karena tagnya curhat, jadi
agak panjang harap maklum, yaa. Semoga nggak capek bacanya, hehe ^^v
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusitu udah banyak, kok, hud :)
Hapusmakasih ya, mau main jam segini hoho
dan menggandakan pesan di halaman yang ini :D
inalilahi, semoga kuat ya buat temen nya.
BalasHapuseniwei, gue pertama kali mampir kesini, kemaren sih sempet mampir dan follow doang.
suasananya enak, kayak hujan-hujan gitu, eh berbagi ilmu ya, kalo bahasa jepangnya hujan itu "Ame". udah itu aja yang gue tau hehe. salam kenal ya! gue kayaknya sering mampir kesini deh! see you later!
anehnya manusia, memikirkan hal-hal yang belum pasti terjadi, tapi malah melupakan hal yang pasti terjadi: kematian
BalasHapus